250 Anak Muda Dari 35 Negara Hadiri Youth Involvement Forum di Banyuwangi

Info Sekolah
Ibu Siti Hajar Qomariyah di antara Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas dan peserta YEF

Banyuwangi – Sebanyak 250 pemuda dari 35 negara menghadiri Youth Involvement Forum (YIF) 2017 yang diinisiasi oleh Indonesia Youth Forum di Banyuwangi, Jawa Timur, 24-26 November 2017. Mereka duduk bersama dan bertukar ide serta gagasan inovatif sekaligus mengenali khazanah seni budaya daerah di tempat yang dikenal dengan Sunrise of Java itu.

Anggota Tim Satgas Revitalisasi Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidian dan Kebudayaan (Kemdikbud) Moh Bruri Triyono, yang hadir pada acara itu, mengatakan, pendidikan vokasi yang mengusung konsep link and match antara sekolah menengah kejuruan (SMK), ketenagakerjaan, dan industri diharapkan mampu menghasilkan tenaga kerja yang terampil sesuai kebutuhan dunia industri saat ini. Hal ini diyakini mampu meningkatkan produktifitas dan daya saing nasional.

“Konsep link and match menjadi solusi atas persaingan global yang semakin ketat. Untuk mewujudkan hal tersebut, komunikasi dan koordinasi di semua lini harus lebih diintensifkan. Karena, hal ini menyangkut daya saing sumber daya manusia (SDM) yang inheren dengan harga diri bangsa. Pesantren harus melihat itu sebagai satu semangat zaman,” ujarnya.

Sementara, Direktur Politik dan Komunikasi Kementerian PPN/Bappenas Wariki Sutikno menuturkan, SMK sebagai salah satu instrumen penting dalam pendidikan vokasi mencoba menjembatani antara pesantren dan pendidikan vokasi untuk menjawab tantangan zaman dan pertanyaan besar kebutuhan pekerjaan di masa mendatang. Komteksnya jelas, yakni santri dituntut menguasai dinamika zaman yang kian canggih dan kompetitif di masa mendatang.

Dengan demikian, ujarnya, pesantren mampu bergerak maju mengikuti pergerakan zaman. “Kolaborasi antara SDM, kelembagaan, dan teknologi perlu diutamakan. Agar narasi besar yang sedang bersama kita bangun mengenai pendidikan vokasi mampu menjawab SDM yang memiliki kompetensi,” katanya.

Founder Indonesia Youth Forum, Muhammad Abdul Idris menambahkan, soft skill dan hard skill juga penting untuk dipelajari para santri agar mampu bersaing di era milenial. “Santri harus siap bersaing di ‘zaman now’ dengan tidak melupakan ‘zaman old’. Santri harus bisa menjawab tantangan zaman dengan ketat, kepercayaan diri, dan bekal keterampilan yang sudah diajarkan dan diperoleh dari pesantren masing-masing,” ujarnya.

Disebutkan, revitalisasi pendidikan vokasi tidak sebatas meningkatkan kualitas daya saing SDM, tetapi juga kemampuan menggerakkan partisipasi aktif masyarakat agar mampu menjadikan kebudayaan, tujuan pariwisata, dan kreatifitas yang berbasis kearifan lokal menjadi produk yang kompetitif. Untuk itu, revitalisasi pendidikan vokasi harus mampu melibatkan semua pihak,” ujar Idris.

Di sisi lain, keberpihkan pemerintah dan industri juga harus jelas dengan melihaat banyaknya alumnus pesantren yang memiliki kompetensi bagus dan terampil. Pemerintah, ujarnya, bersama industri harus lebar membuka mata tentang keterampilan santri yang mumpuni, tidak pilih kasih, dan diberikan akses legalitas (sertifikasi) kompetensi.

Agenda Youth Involvement Forum secara resmi ditutup hari ini dengan sebelumnya diakhiri oleh Tour de Pesantren di Pondok Pesantren Darussalam Blokagung bersama Emha Ainun Nadjib (Cak Nun) dan Kiai Kanjeng.

Berita sudah tayang sebelumnya di Beritasatu.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.